Permios agan2 yang baik ijinkan ane share sedikit tentang orang2 bule yang cinta tanah air tapi sulit untuk jadi WNI, sungguh ironis, orang bule cinta mati ama negara kita sedang kita benci abies ama negara ini hiks..hiks...tapi biarlah...oke ijinkan saya menginformasikan sekelumit perjalanan si JONO a.k.a Jonathan Armstrong bassisnya Gugun Blues Shelter ini
Spoiler for sejarah jono hinggap ke Indonesia:
AWAL tahun 2000, seorang pemuda asal Negeri Ratu Elizabeth mampir ke Indonesia untuk menikmati udara dan alamnya yang dikenal asri dan bersahabat. Berbekal informasi dari teman dan koleganya, pemuda bernama Jonathan Armstrong itu memberanikan diri untuk memulai perjalanannya menjelajahi Indonesia lewat "pintu gerbang" Nanggroe Aceh Darussalam.
"Awal ke Indonesia saya masuk melalui Aceh, disana benar-benar surga buat saya. Hamparan pantai dan orang-orangnya yang ramah, membuat saya tidak hanya betah berada di Aceh, tapi juga Indonesia. Saya pikir waktu itu, saya sudah menemukan apa yang saya cari," urai pria yang kini akrab disapa Jono itu mengawali obrolan dengan tabloidbintang.com di Studio RCTI, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Selasa (31/5).
Selama berada di Aceh, Jono banyak belajar adat dan istiadat termasuk kebiasaan masyarakat Indonesia dari Bumi Rencong. Hal itu pula yang membuatnya jatuh hati kepada seorang wanita bernama Fauzia atau akrab disapa Nyan Nyak.
Dari wanita yang kemudian menjadi istrinya itu Jono dikaruniai dua orang putra, yakni Adam Sultan (10 tahun), Tobi Ibrahim (9 tahun).
Tak puas hanya mengenal Indonesia lewat Aceh, Jono memberanikan diri untuk hijrah ke Jakarta meninggalkan istri dan anak-anaknya. Pertengahan tahun 2003, barulah kehidupan Jono yang sebenarnya dimulai. Hijrah dari Aceh ke Jakarta menyisakan tantangan hidup luar biasa bagi pria yang lahir di London, 2 Januari 1980 tersebut.
Saat berada di Jakarta, Jono murni pengangguran--saat masih tinggal di Aceh, dia juga tak memiliki pekerjaan tetap--sebagian waktunya dipakai untuk nongkrong di sebuah cafe di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Tanpa pekerjaan tetap, Jono luntang lantung menghidupi dirinya sendiri, lantaran istri dan anaknya masih berada di Aceh.
Saat itulah, dia bertemu dengan Bowie dan Gugun yang mengajaknya bergabung sebagai basis di grup band bernama Gugun Blues Shelter. Dari sinilah, karier Jono meningkat layaknya sebuah peribahasa from nobody to be somebody.
"Banyak orang yang langsung kenal saya begitu saya gabung bersama GBS (Gugun Blues Shelter), padahal waktu hidup di Jakarta saya enggak jelas, banyak waktu saya terbuang percuma dengan kondisi saya yang hidup tak menentu," kenang Jono.
Baru-baru ini, Jono kembali ke kampung halamannya bersama GBS ke Inggris. Di sana, Jono berkesempatan manggung di depan puluhan penggemarnya yang sejak tiga tahun lalu menyaksikan penampilan awal GBS di Inggris. Jono mengatakan, berbagai tempat seperti Manchester, Blackburn, hingga beberapa kafe terkenal di wilayah Nottingham ia sambangi bersama GBS.
Seminggu lebih, Jono memperdengarkan alunan musik blues yang mengantarnya sebagai salah satu musisi asal Inggris yang sukses di Indonesia. Tapi, bukan itu alasan dia tampil menghibur penggemarnya di kampung halaman.
"Saya ingin di negara asal saya tahu kalau Indonesia itu indah. Indonesia punya keunikan tersendiri dibanding negara-negara lain di dunia, di setiap kesempatan manggung, saya selalu bilang itu kepada penggemar GBS di Inggris," terangnya.
Sudah hampir 11 tahun Jono meninggalkan tanah kelahirannya untuk berkiprah di belantika musik Tanah Air. Selama itu pula, ia merasakan jiwanya tak lagi milik Inggris, melainkan murni milik Indonesia. Namun sayang, keinginan untuk menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) masih jauh dari angan-angannya.
Di Indonesia, kata Jono, untuk mendapatkan status WNI tidak mudah. Ada syarat yang mengikat Warga Negara Asing (WNA) untuk mendapatkan pengakuan dari pemerintah untuk menjadi warga sah Republik Indonesia.
"Dalam persyaratan untuk menjadi WNI, saya harus tinggal di Indonesia selama 15 tahun. Itu belum cukup. Karena saya masih harus mencari sponsor tetap untuk tinggal di Indonesia selama 15 tahun penuh, sementara selama ini sponsor saya berganti-ganti terus," beritahu pria berusia 30 tahun itu.
Namun, usaha Jono untuk bisa menjadi WNI seutuhnya tak pernah berhenti. Dia mengatakan, hingga 10 sampai 20 tahun ke depan, ia akan terus tinggal di Indonesia dan tak akan pernah kembali ke tanah kelahirannya di Inggris sana.
Menurut dia, sebagai sebuah negara, Indonesia berbeda dari negara-negara lain yang pernah ia tinggali. Kebebasan peraturannya, keramahan penduduknya, kelezatan kulinernya hingga kecantikan wajah gadis-gadis yang dilihatnya setiap hari, semakin membuat Jono sulit untuk melupakan Indonesia.
"Setiap orang asing yang pernah merasakan indahnya Indonesia, pasti juga mengakui kalau Indonesia adalah negara yang nyaman dan aman untuk ditinggali. Begitu juga dengan saya, saya adalah pecinta Indonesia, darah saya pun murni Indonesia, tetapi statusnya aja yang belum, hahaha," canda Jono sembari menghibur diri lantaran belum bisa menjadi WNI.
"Awal ke Indonesia saya masuk melalui Aceh, disana benar-benar surga buat saya. Hamparan pantai dan orang-orangnya yang ramah, membuat saya tidak hanya betah berada di Aceh, tapi juga Indonesia. Saya pikir waktu itu, saya sudah menemukan apa yang saya cari," urai pria yang kini akrab disapa Jono itu mengawali obrolan dengan tabloidbintang.com di Studio RCTI, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Selasa (31/5).
Selama berada di Aceh, Jono banyak belajar adat dan istiadat termasuk kebiasaan masyarakat Indonesia dari Bumi Rencong. Hal itu pula yang membuatnya jatuh hati kepada seorang wanita bernama Fauzia atau akrab disapa Nyan Nyak.
Dari wanita yang kemudian menjadi istrinya itu Jono dikaruniai dua orang putra, yakni Adam Sultan (10 tahun), Tobi Ibrahim (9 tahun).
Tak puas hanya mengenal Indonesia lewat Aceh, Jono memberanikan diri untuk hijrah ke Jakarta meninggalkan istri dan anak-anaknya. Pertengahan tahun 2003, barulah kehidupan Jono yang sebenarnya dimulai. Hijrah dari Aceh ke Jakarta menyisakan tantangan hidup luar biasa bagi pria yang lahir di London, 2 Januari 1980 tersebut.
Saat berada di Jakarta, Jono murni pengangguran--saat masih tinggal di Aceh, dia juga tak memiliki pekerjaan tetap--sebagian waktunya dipakai untuk nongkrong di sebuah cafe di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Tanpa pekerjaan tetap, Jono luntang lantung menghidupi dirinya sendiri, lantaran istri dan anaknya masih berada di Aceh.
Saat itulah, dia bertemu dengan Bowie dan Gugun yang mengajaknya bergabung sebagai basis di grup band bernama Gugun Blues Shelter. Dari sinilah, karier Jono meningkat layaknya sebuah peribahasa from nobody to be somebody.
"Banyak orang yang langsung kenal saya begitu saya gabung bersama GBS (Gugun Blues Shelter), padahal waktu hidup di Jakarta saya enggak jelas, banyak waktu saya terbuang percuma dengan kondisi saya yang hidup tak menentu," kenang Jono.
Baru-baru ini, Jono kembali ke kampung halamannya bersama GBS ke Inggris. Di sana, Jono berkesempatan manggung di depan puluhan penggemarnya yang sejak tiga tahun lalu menyaksikan penampilan awal GBS di Inggris. Jono mengatakan, berbagai tempat seperti Manchester, Blackburn, hingga beberapa kafe terkenal di wilayah Nottingham ia sambangi bersama GBS.
Seminggu lebih, Jono memperdengarkan alunan musik blues yang mengantarnya sebagai salah satu musisi asal Inggris yang sukses di Indonesia. Tapi, bukan itu alasan dia tampil menghibur penggemarnya di kampung halaman.
"Saya ingin di negara asal saya tahu kalau Indonesia itu indah. Indonesia punya keunikan tersendiri dibanding negara-negara lain di dunia, di setiap kesempatan manggung, saya selalu bilang itu kepada penggemar GBS di Inggris," terangnya.
Sudah hampir 11 tahun Jono meninggalkan tanah kelahirannya untuk berkiprah di belantika musik Tanah Air. Selama itu pula, ia merasakan jiwanya tak lagi milik Inggris, melainkan murni milik Indonesia. Namun sayang, keinginan untuk menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) masih jauh dari angan-angannya.
Di Indonesia, kata Jono, untuk mendapatkan status WNI tidak mudah. Ada syarat yang mengikat Warga Negara Asing (WNA) untuk mendapatkan pengakuan dari pemerintah untuk menjadi warga sah Republik Indonesia.
"Dalam persyaratan untuk menjadi WNI, saya harus tinggal di Indonesia selama 15 tahun. Itu belum cukup. Karena saya masih harus mencari sponsor tetap untuk tinggal di Indonesia selama 15 tahun penuh, sementara selama ini sponsor saya berganti-ganti terus," beritahu pria berusia 30 tahun itu.
Namun, usaha Jono untuk bisa menjadi WNI seutuhnya tak pernah berhenti. Dia mengatakan, hingga 10 sampai 20 tahun ke depan, ia akan terus tinggal di Indonesia dan tak akan pernah kembali ke tanah kelahirannya di Inggris sana.
Menurut dia, sebagai sebuah negara, Indonesia berbeda dari negara-negara lain yang pernah ia tinggali. Kebebasan peraturannya, keramahan penduduknya, kelezatan kulinernya hingga kecantikan wajah gadis-gadis yang dilihatnya setiap hari, semakin membuat Jono sulit untuk melupakan Indonesia.
"Setiap orang asing yang pernah merasakan indahnya Indonesia, pasti juga mengakui kalau Indonesia adalah negara yang nyaman dan aman untuk ditinggali. Begitu juga dengan saya, saya adalah pecinta Indonesia, darah saya pun murni Indonesia, tetapi statusnya aja yang belum, hahaha," canda Jono sembari menghibur diri lantaran belum bisa menjadi WNI.
sumber (http://www.tabloidbintang.com/berita...a-asalnya.html)
Spoiler for photo2 Jono:
http://jelajahunik.blogspot.com/2011/08/jono-gbs-si-bule-yang-cinta-tanah-air.html
{ 2 komentar... read them below or add one }
blom ngrasain klo udah di BOM. maknyusssss..
hahaha jangan sampe atuh gan ;)
Posting Komentar