Delapan Fakta Mengejutkan di Balik Pernikahan
Anda pasti pernah mendengar sebuah kalimat naif yang biasanya dipakai sebagai penutup dari dongeng percintaan klasik, "dan mereka pun hidup berbahagia selamanya."
Selain gombal, pernyataan ini juga telah menyesatkan banyak pasangan kasmaran yang hendak atau telah memasuki dunia pernikahan.
Saat pacaran dulu, Anda mungkin berpikir bahwa romansa yang ada tak mungkin berakhir. Namun, kenyataannya adalah Anda akan menggigit jari saat menyaksikan betapa cepatnya hal tersebut berlalu. Ada 8 fakta tentang pernikahan yang tak banyak disinggung oleh mereka-mereka yang sudah lebih dulu menapaki altar. Meski tak terucapkan, namun gemanya memancar ke mana-mana.
Anda akan berakhir dengan dia selamanya
Saat Anda memutuskan menikah, mungkin Anda berpikir bahwa selama Anda menikah dengan orang yang tepat, jodoh Anda sendiri, maka Anda akan selalu merasa berbahagia hingga maut memisahkan. Namun, suatu hari Anda akan bangun dan menyadari bahwa tidak peduli betapa hebatnya pasangan, ia tetap tidak akan mampu membuat Anda bahagia terus menerus.
Faktanya, ada hari-hari di mana Anda bertanya-tanya dan menyesali, mengapa dulu Anda menikah begitu cepat. Anda kemudian meratapi dan menyesali pernikahan yang ternyata jauh dari harapan itu.
Anda tidak akan menyadari hal itu saat Anda dan pasangan memotong kue, atau berdansa di hari pernikahan. Anda baru menyadarinya saat kehidupan 24 jam itu mengalahkan manisnya kencan 3 jam selama ini. Kemudian bisa jadi Anda berpikir bahwa Anda telah salah pilih orang.
Banyak orang salah mengartikan pernikahan sebagai ajang kehidupan baru yang berbahagia dan bebas masalah. Sebenarnya kehidupan nikah merupakan babak baru dalam hidup seseorang untuk membentuk karakter seseorang.
Memang proses yang ada akan menyakitkan, namun jika Anda berhasil melewati masa-masa penyesuaian itu, maka kehidupan bahagia selamanya yang ada dalam dongeng itu bukan lagi sebuah mimpi yang tak dapat diraih.
Anda harus berusaha lebih keras dari yang biasanya
Orang bilang bahwa pernikahan itu butuh kerja keras. Asumsikan kerja keras itu sebagai usaha untuk lebih bersabar tatkala suami lupa mematikan keran air.
Ada banyak hal-hal sepele yang bisa menjadi masalah besar jika Anda berdua tidak memiliki kemauan untuk mengerti dan menghargai satu sama lain.
Dan, karena hidup yang akan dijalani dalam pernikahan masih panjang, maka nikmatilah proses penyesuaian diri yang ada, dan jangan terlalu keras pada diri sendiri atau pada pasangan supaya Anda tidak terlalu cepat lelah saat menghadapi kehidupan nikah yang ada.
Terkadang Anda akan pergi tidur dalam keadaan marah (dan mungkin bangun dalam keadaan yang lebih marah lagi)
Meski sebelum menikah kita kerap disarankan agar tidak membawa persoalan atau kemarahan hingga ke tempat tidur, namun seringkali kenyataannya tak seindah teori yang ada.
Usai bertengkar dengan pasangan, ada kalanya Anda dan pasangan perlu menyendiri untuk bisa menenangkan diri. Tidak harus dengan pisah ranjang, namun Anda bisa memakai momen sebelum tidur itu untuk berpikir kembali tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Carilah cara terbaik untuk berkomunikasi dengan pasangan agar Anda tidak makan hati. Belajarlah untuk menerima hal-hal yang tidak bisa diubah, dan bisa jadi hal ini termasuk keputusan yang mungkin telah diambil oleh pasangan Anda.
Anda akan hidup tanpa seks, terkadang untuk waktu yang cukup lama, dan itu tidak mengapa
Meski kaum pria dicondongkan sebagai kaum yang haus akan seks, namun ada kalanya ia tidak sedang berada dalam kondisi yang mampu untuk mengajak Anda berhubungan.
Naik-turunnya kehidupan seks dalam pernikahan itu merupakan hal yang wajar dalam kehidupan nikah siapapun. Bisa jadi setelah seharian lelah mengurus kepindahan rumah, tidur menjadi hal yang sangat didambakan lebih daripada seks.
Anda tidak harus selalu berhubungan seks dengan pasangan. Dan, Anda tidak perlu was-was bahwa hal ini bisa jadi karena ada masalah dalam hubungan nikah Anda.
Tanda pengaman dalam hal ini adalah walau Anda dan pasangan jarang berhubungan seks, namun Anda berdua masih suka saling memeluk, mencium, bergandengan tangan, dan peduli satu sama lain.
Anda juga bisa memijat punggung suami saat ia tampak lelah dari kantor, siapa tahu hal remeh tersebut bisa membangkitkan gairah seks Anda berdua yang sudah lama redup.
Cara Anda jadi tidak sepenting cara kalian
Jika sebelum menikah, Anda terbiasa menyelesaikan segala sesuatu dengan cara Anda sendiri, namun tidak demikian sesudah Anda memutuskan untuk berkeluarga.
Sikap merasa benar sendiri yang biasanya dibawa oleh masing-masing pihak akan dikikis habis saat Anda tahu bahwa suami tidak mencuci piring dengan cara yang sama seperti Anda.
Jadi, yang terpenting di sini adalah kesadaran Anda dan pasangan bahwa segala sesuatu tidak bisa berjalan dengan caraku atau caramu. Jika pasangan suka menarik gulungan tisu ke arah atas, dan Anda suka menarik ke arah bawah, maka sediakan saja 2 gulungan tisu untuk Anda dan pasangan.
Jika cara pasangan terbukti lebih baik dan lebih efektif dari cara Anda, maka tak ada salahnya untuk mengikuti cara itu, bukan?! Bukalah diri dan jangan sampai terjebak dalam arus yang membuat Anda berpikir bahwa Anda dan pasangan ada di pihak yang berlawanan.
Anda tidak perlu susah-susah membuktikan pada pasangan bahwa Anda lebih benar dari pasangan, sikap macam itu hanya akan menghancurkan pernikahan dan kebahagiaan Anda sendiri.
Pernikahan sukses tak berarti bebas konflik, namun hal itu terjadi karena pasangan yang ada mau menyelesaikan konflik yang ada dengan baik
Selalu ada hal yang bisa memicu pertengkaran, mulai dari meja yang lupa dibereskan, sampah yang lupa dibuang, hingga salah membeli detergen cuci. Bercampur dengan kelelahan yang dirasakan, maka teguran yang disampaikan pun cenderung disampaikan dengan nada tinggi dan sikap menghakimi.
Namun, begitu amarah dan percekcokan surut, maka pasangan akan belajar untuk berkata satu sama lain dengan nada yang lebih lembut dan sikap yang lebih manis. Dengan demikian konflik yang ada telah berhasil membuat hubungan lebih bertumbuh dan makin kuat dari hari ke hari.
Anda akan menyadari bahwa satu-satunya orang yang bisa Anda ubah adalah diri Anda sendiri
Wanita memiliki kecenderungan untuk berpikir bahwa ia pasti bisa mengubah pasangannya setelah menikah nanti. Berbagai cara pun dikerahkan untuk menggenapi pemikiran itu, mulai dari rayuan lembut, reward, hingga ultimatum.
Namun, saat perubahan yang dihasilkan suami hanya berlangsung sementara saja, maka kita mulai merasa lelah sendiri. Lalu, Anda akan mendapati bahwa cara termudah untuk mengubah dirinya adalah dengan mengubah diri kita sendiri terlebih dulu. Saat aksi atau reaksi kita berubah, maka aksi dan reaksi suami juga bakal menyesuaikan.
Saat Anda menghadapi berbagai macam kesukaran, ketakutan, dan rasa tidak aman, maka Anda akan tahu potensi diri Anda yang sesungguhnya
Seseorang tidak akan tahu seberapa kuatnya ia menanggung hinaan sebelum ia mengalami penghinaan. Seseorang juga tidak akan tahu apakah ia tergolong pribadi pemberani hingga ia diperhadapkan dengan hal-hal yang menakutkan.
Banyak dari sisi pasangan yang akan mencuat keluar, yang sebelumnya belum pernah kita lihat saat pacaran dulu, dan itu bisa membuat kita terkejut, merasa asing, takut, dan sebagainya. Ada banyak borok yang mungkin tak pernah terungkap saat pacaran dulu, akan tersibak saat Anda dan dia sudah mengikat janji sehidup semati di depan altar.
Namun, sekali lagi bukan berarti hal itu tak bisa dihadapi. Jika Anda memutuskan untuk menikah, maka Anda harus memutuskan untuk menjadi seorang yang tabah, fleksibel, rendah hati, dan pemaaf.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar