Hezbollah siap menyerang jantung Israel jika ada agresi baru terhadap Lebanon, kata wakil pemimpin kelompok itu, Rabu (4/8/2010), sehari setelah bentrokan mematikan antara pasukan Lebanon dan Israel.
"Israel harus memahami bahwa setiap agresi terhadap Lebanon, tidak peduli seberapa kecil, memberikan kami hak penuh untuk membalas kapan dan bagaimana kami menemukan yang tepat dan sesuai dengan kepentingan politik Lebanon," kata Sheikh Naim Qassem kepadaAFP dalam sebuah wawancara eksklusif.
Hezbollah dan Israel terlibat pertempuran selama 34 hari pada musim panas 2006 yang menghancurkan sebagian besar infrastruktur Lebanon. Lebih dari 1.200 warga Lebanon, terutama warga sipil, dan 160 warga Israel, sebagian besar tentara, tewas dalam perang itu.
Jatuhnya korban hari Selasa itu menandai insiden paling serius sepanjang perbatasan itu sejak perang tersebut."Hezbollah memilih kapan harus bersabar dan kapan harus membalas," kata Qassem. "Ketika Israel mengancam untuk menghancurkan Lebanon, Israel tahu Hezbollah mampu membuat Israel menderita," katanya. Ia menambahkan, "Wilayah Israel akan benar-benar terbuka dan mereka harus memikul tanggung jawab untuk agresi itu dan membayar harganya."
Bentrokan mematikan, Selasa, terjadi di perbatasan Lebanon-Israel, sebuah wilayah yang umumnya berada di bawah kontrol kelompok militan Syiah. Pertempuran itu meletus setelah pasukan Israel mulai menebang pohon-pohon yang menurut Lebanon berada di wilayahnya. Namun, Israel dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, pohon-pohon itu berada di wilayah Israel. Dua tentara Lebanon, seorang wartawan Lebanon, dan seorang perwira senior Israel tewas dalam tembak-menembak itu.
Pemimpin Hezbollah, Hassan Nasrallah, Selasa malam, mengatakan bahwa ia telah memerintahkan pasukannya mundur demi menghindari eskalasi. Pasukan Israel, Rabu, kembali ke lokasi pertempuran itu dan menebang sejumlah pohon di sepanjang perbatasan tanpa ada konfrontasi.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar